/2.1/
Penyap Lara
Raut mukanya menandakan bahwa sepertinya ia sedang tidak baik-baik saja. Namun siapa sangka, lekukan dan kerutan dimukanya merupakan pertanda bagi siapa saja yang berusaha melukainya. Kemudian didengarnya deru ombak yang awalnya tenang menjadi berisik, mengisi penuh satu ruangan, hingga terasa sesak, lebih seperti meluncur dibawah pusaran air yang tak tentu arah.
Sekali melambung, dua ombak terkebat, untung saja ia masih tahu bagaimana cara untuk mengumbang. Bagai ombak ganas bukan lawan tanding yang setara, apalagi buih halus yang datang, menyentuh saja enggan.
Namun siapa sangka, wajah tertekuk itu rupanya hanya dinginnya hati bagian luar, ketika tersentuh secara tidak sengaja terasa suam yang meraba didekatnya. Ibarat pasir hangat yang nyaris gosong, dengan sedikit bau matahari, namun tetap aman.
Dan siapa sangka, ia menutupi wajahnya dengan pelepah daun pisang menjuntai indah, hingga tak tampak sedikitpun lekukan dan kerutan itu. Langit jingga pun menyapa sekuat tenaga, dipancarnya kilauan, dan kuatnya lara menyatu bersama indahnya lekukan di sudut bibir kecilnya.
🕊🌻